Begini Cara Mencuri Teknik Story Telling Pixar dan Menerapkannya pada Bisnis Kamu

arikurniawan

Pixar adalah studio animasi dibalik film keren seperti Toy Story (1995), Finding Nemo (2003), Inside Out (2015) hingga yang terbaru Turning Red (2022).

Kekuatan dari Pixar tidak hanya ada pada kualitas animasinya yang sudah diakui dunia, tapi juga dari bagaimana mereka bercerita di dalam setiap filmnya. Hampir semua film dari Pixar Studio memiliki framework cerita yang serupa yaitu:

  1. Pada suatu ketika…
  2. Setiap hari…
  3. Hingga suatu hari…
  4. Oleh karena itu…
  5. Hingga pada akhirnya…

Misalnya kita menerapkan framework ini film Finding Nemo (2003).

  1. Pada suatu ketika ada seekor ikan duda yang sangat protektif pada anaknya.
  2. Setiap hari dia selalu mengingatkan Nemo tentang bahayanya lautan lepas.
  3. Hingga suatu hari Nemo berenang terlalu jauh dan ditangkap oleh penyelam.
  4. Oleh karena itu dia berenang melintasi lautan untuk menyelamatkan anaknya.
  5. Hingga pada akhirnya dia menyadari bahwa cinta haruslah berdasarkan rasa percaya.

Framework cerita ini terbukti memberikan cerita yang mudah diterima oleh audience segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Lalu, bagaimana menerapkan framework ini dalam marketing atau branding bisnis?

Pada suatu ketika…

Fungsi dari “pada suatu ketika…” disini adalah memperkenalkan dunia dimana cerita akan berlangsung dan rutinitas dari tokoh utama.

Dalam penerapannya di marketing, ini berarti memperkenalkan siapa klien / konsumen bisnismu, dideskripsikan dengan cukup mendetail dan jelas.

Setiap hari…

Fungsi dari “setiap hari…” disini adalah menunjukan karakter utama yang keluar dari rutinitasnya.

Jika diterapkan untuk marketing, poin kedua adalah menunjukan permasalahan / pain point yang dimiliki oleh klien atau konsumen.

Hingga suatu hari…

“hingga suatu hari…” disini memiliki fungsi untuk menunjukan konsekuensi yang harus dihadapi oleh karakter utama karena keluar dari rutinitasnya. Di titik ini, belum jelas apakah karakter utama akan baik-baik saja di akhir cerita atau tidak.

Kalau dalam story telling untuk marketing, ini adalah perkenalan untuk solusi yang ingin ditawarkan pada konsumen / klien.

Oleh karena itu…

Frameworkoleh karena itu…” menunjukan karakter utama mulai mencapai kegagalan / kesuksesan (tergantung pada cerita).

Jika dalam framework marketing, ini adalah deskripsi bagaimana solusi yang ditawarkan sebelumnya bisa membantu klien / konsumen menyelesaikan permasalahana / pain point yang dimiliki.

Hingga pada akhirnya…

Terakhir “hingga pada akhirnya…” ini adalah titik dimana karakter utama mencapai kesuksesan atau kegagalan, dan karakter utama memiliki rutinitas baru.

Dalam penerapan framework story telling, ini adalah titik dimana menunjukan kehidupan konsumen / klien setelah permasalahannya diselesaikan.


Mari kita coba terapkan. Kita akan memakai Go-Food sebagai contoh.

  1. Para pekerja kantoran di kota besar, bekerja dari pagi hingga sore.
  2. Karena kesibukannya, mereka tidak punya banyak waktu untuk makan siang dan sulit menentukan untuk makan apa dan dimana.
  3. Go-Food hadir memberi solusi lewat aplikasi di smartphone saja.
  4. Konsumen tinggal pesan makanan yang diinginkan via aplikasi, dan driver akan membawakan langsung ke kantor dalam beberapa menit.
  5. Kini, konsumen tidak perlu pusing lagi mau makan siang dimana dan tidak perlu keluar kantor untuk makan siang.

Jadi, lebih jelas dan terstruktur bukan? Selamat mencoba!

About the author

Ari Kurniawan - Founder Mata Badai Studio.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] brand ini berhasil menanamkan branding yang kuat karena berhasil memiliki story telling yang hebat. Untuk mencapai level branding yang sama, pastikan brand yang kamu memiliki cerita yang konsisten […]

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x